Mimpi Seorang Teroris

Novel berjudul Pedang Rasul yang ditulis Jusuf AN hendak mengisahkan bahwa kejahatan besar (extraordinary crime) berupa aksi terorisme yang dilakukan oleh para teroris pun bisa berawal dari sebuah mimpi, mimpi menjadi seorang teroris. Tidak hanya itu, novel ini sekaligus menegaskan antitesis bagi keyakinan para teroris bahwa sejatinya aksi terorisme yang dilakukan hanya akan mendatangkan penyesalan mendalam, lahir dan batin untuk masa depan. Karenanya, jangan pernah bermimpi menjadi seorang teroris.

Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang perantau bernama Umar, Umar bekerja di sebuah bengkel milik keluarga Syam. Sekalipun demikian, urusan bengel tersebut dipasrahkan sepenuhnya kepada anaknya, Almaida, seorang lulusan kuliah ilmu manajemen yang tanpa disangka jatuh cinta kepada Umar dan menikah dengannya. (Hal. 20-21)

Umar memunyai harapan besar dalam hidupnya, yaitu mimpi bertemu Rasulullah SAW yang mencium keningnya. Sampai pada akhirnya, mimpi tersebut menjadi kenyataan, Umar memimpikan Rasulullah dalam tidurnya, Rasulullah datang bukan untuk mencium keningnya melainkan memberinya sebuah pedang bernama Al-Ma’thur. Mimpi demikian tidak datang dalam sekali melainkan berkali kali, sampai akhirnya ia dibuat bingung dengan mimpinya tersebut. Ia ceritakan mimpi tersebut pada Syam, pemilik bengkel majikanya, Syam menegaskan jihad yang dimaksudnya adalah jihad melawan hawa nafsu. Yaitu bagaimana menjaga diri dari kehidupan yang serba materialis, dan acuh tak acuh terhadap kekurangan dan masalah orang lain. Karena jihad yang sebenar-benarnya adalah melawan hawa nafsu manusia itu sendiri.

Tidak cukup dengan Syam, ia pun menceritakanya pada Wahidin, Wahidin menjelaskan bahwasanya mimpi yang didapatkanya adalah mimpi tentang “kebenaran” lebih tegasnya Pedang sebagaimana terdapat dalam mimpinya merupakan simbol perang, jihad dan mati syahid. (Hal.156) dan ternyata jawaban dari Wahidin itulah yang dibenarkanya.

Umar begitu mempercayai Wahidin sebagai sosok yang cakap dan menguasai ilmu agama yang tepat,. terlebih Wahidin merupakan seorang lulusan universitas Islam di Semarang yang tidak diragukan lagi kemapananya dalam bidang agama.

Dari sinilah kisah mengetarkan petualangan Umar dimulai. Tekad umar tidak lagi bisa diganggu gugat, mati syahid pun menjadi hajat besar dalam hidupnya dan ternyata Wahidin pun siap membantu segala kebutuhan yang diperlukanya. Ia pun harus meninggalkan isterinya Almaida, juga menelantarkan masa depan keluarganya yang baru berumur jagung untuk waktu yang tidak terbatas.

Bersama Wahidin dan anggota laskar jihad lainya, Umar disodorkan dengan beragam pandangan pentingnya mendirikan negeri berbasis khilafah islamiyah di negeri ini, dan siap untuk mencegah segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran dengan aksi teror, untuk membuat para pelaku maksiat tersebut jera. Sampai akhirnya, ia pun terpengaruh dan menjadi bagian dari komunitas laskar pedang dan jaringan teroris. Umar yang dulunya hanyalah seorang perantau biasa dan pekerja bengkel telah berubah menjadi teroris dan buronan kepolisian atas tuduhan pengeboman di berbagai tempat.

Saban hari Umar menjadi dalang dibalik aksi terorisme yag dilakukan komunitasnya, beragam tempat telah diteror bom dan di luluhlantahkan, juga telah banyak korban manusia tak berdosa yang berjatuhan, tidak mengenal kecil maupun dewasa,

Sampai akhirnya tiba pada sebuah peristiwa saat dimana ia hendak mengebom sebuah gereja yang tanpa disadarinya terdapat seorang anak kecil yang begitu sangat disayangi Umar, Rahma. Rahmah yang sangat begitu dia kenal dan sayang hendak dibaptis pindah agama, dan lebih mengenaskanya jika bom tersebut berhasil diledakkan, sudah barang tentu akan menewaskan Rahma yang begitu sangat dicintainya, tentu penyesalanlah yang akan didapatkanya. Umar terus merenungi jalan yang ditempuhnya selama menjadi teroris dengan penuh penyesalan. Sampai pada akhirnya ia menyesal dan berjanji untuk bertobat dan merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik dan penyayang.

Novel ini benar-benar menarik untuk dibaca, selain sarat akan tambahan baru pengetahuan agama, pembaca pun sekaligus akan diajak memaknai pesan dan hakikat jihad yang sesungguhnya, dan akhirnya dapat berkesimpulan bahwasanya tidak ada ajaran agama manapun yang membenarkan terorisme sebagai bentuk jihad.

_______________________________________

Judul : Pedang Rasul

Penulis : Jusuf A.N

Penerbit : Diva Press

Halaman : 352 halaman

Tahun terbit : April, 2013

ISBN : 978-602-255-116-4

Peresensi: Dito Alif Pratama, Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarangdan Pengelola Rumah Baca Farabi Institute Semarang
------
sumber http://www.rimanews.com

baca juga resensi novel Pedang Rasul yang lain: Menegakkan Islam yang Ramah, Bukan yang Marah

0 Response to " Mimpi Seorang Teroris"