Berkeliling Bersama Mimpi Rasul

Oleh: Jusuf AN
 
Launching Mimpi Rasul di Karta Pustaka, Jogjakarta
Malam ini (28/10/11) saya kedatangan tamu mengagetkan dan istimewa: sekelompok pemuda yang sebagian besar adalah para mahasiswa Unsoed (Universitas Soederman) Purwokerto. Mereka dalam perjalanan pulang dari Semarang menuju Purwokerto. “Sumpah Pemuda, Mas. Turun jalan.” Saya pun manggut-manggut. Melihat semangat mereka, saya jadi teringat ketika dulu, semasa Mahasiswa juga beberapa kali turun ke jalan, baik unjuk rasa maupun heppening art.
Mereka, para aktivis itu, memang sengaja singgah ke gubug saya. Selain sebentar melepas lelah, mereka sekalian ingin mengambil novel saya yang berjudul “Mimpi Rasul; Kisah Bibir yang Ingin Dicium Rasulullah Saw”. Novel tersebut rencananya akan mereka diskusikan dalam forum diskusi rutin mereka di Pojok Nusantara Purwokerto (persisnya di mana, saya belum pernah ke sana).

Acara yang rencananya akan dilaksanakan pada hari Senin, 28 November 2011 itu merupakan diskusi Mimpi Rasul yang ke empat. Sebelumnya, Mimpi Rasul sudah didiskusikan di Karta Pustaka Jogjakarta, 21 Juli 2011 yang dibedah oleh Hamdi Salad. Dalam acara tersebut juga diulas dua buku sastra lainnya, yakni Surat dari Matahari (Kumpulan Puisi) karya Syaifuddin Gani yang dibedah oleh TS Pinang, juga buku Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri karya Nurel Zavissyarqi yang dibedah oleh Aguk Irawan NM.


Sekitar dua bulan kemudian, saya dan “Mimpi Rasul” dan ditemani oleh dua sahabat baik saya, Indrian Koto dan Mahwi Air Tawar, meluncur dari Jogja ke Surabaya dengan kereta Sri Tanjung untuk didiskusi Novel Mimpi Rasul di Balai Pemuda Surabaya, 30 Oktober 2011. 

Mimpi Rasul didiskusikan di Balai Pemuda Surabaya

Acara yang dimasukkan dalam agenda bulanan Halte Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur tersebut berlangsung menggairahkan. Pembedahnya adalah Mashuri, novelis pemenang sayembara novel DKJ tahun 2006. Hadir juga sastrawan-sastrawan nasional, diantaranya Mardi Luhung dan Imam Muhtarom.
Kami tidak langsung kembali ke Jogja karena dua hari setelah itu Mimpi Rasul dibawa ke Mojokerto untuk dibedah bersama Iin Pritiani (Guru), Cak Supali (Seniman Ludruk) dan dimoderatori oleh Diana AV Sasa (Kerani D-Buku, Surabaya). Semuanya berjalan lancar, selancar napas ini. 
foto bersama setelah diskusi mimpi rasul di mojokerto
Silaturrahim Karya

Dalam forum-forum tersebut, saya selalu mengawali pembicaraan dengan ucapan terimakasih kepada panitia penyelenggara sebelum kemudian menyatakan tujuan saya yang paling utama. Apa itu? Silaturrahim (atau silaturrahmi?). Ya, tujuan utama saya membawa Mimpi Rasul ke beberapa kota tidak lain adalah untuk itu. Bertemu dengan teman-teman sastrawan di beberapa kota, juga para penikmat dan pecinta sastra, adalah suatu keindahan. Tidak ada yang lebih indah dari pertemanan, demikian seorang teman pernah berkata. Soal Promosi, saya selalu berusaha meletakkannya di nomor tiga. Sedangkan nomor dua-nya adalah mengenalkan kepada publik tentang telor yang sudah saya tetaskan. Telor yang diberi judul Mimpi Rasul, novel ketiga saya setelah Jehenna dan Burung-Burung Cahaya.
Seorang penulis yang sudah menghasilkan buku, lebih-lebih yang tergolong penulis baru, ya harus begitu, karyanya harus dibawa keliling untuk didiskusikan, demikian wejangan yang saya terima dari Mas Joni Ariadinata pada suatu waktu.
Dengan berkeliling, akan kita dapatkan banyak hal yang baru, baik itu teman, pengalaman, atau kertas yang ada angkanya (jika beruntung). Kalau tidak mau begitu ya percuma. Lho, kalau bukan kita yang berjuang mengenalkan karya kita sendiri terus siapa lagi? Untuk apa kita menelorkan karya kalau tidak ada yang membaca dan mengapresiasi. Karl Marx saja konon menulis sendiri resensi buku Das Capital dan menyebarkannya ke banyak media sehingga buku tersebut pun akhirnya dilirik orang. Ngawur sedikit tidak masalah, seperti Marx itu. Dan memang harus berkorban, harus rela merogoh kocek sendiri karena kebanyakan penerbit angkat tangan soal biaya promosi. Tapi tenang, tenang, semua yang kita keluarkan tidak hilang. Semua akan diganti. Sabar!

 

0 Response to "Berkeliling Bersama Mimpi Rasul"