senandungkan lagu lagu ungu
memaksaku menangis
pada malam malam gerimis
jam itu seperti nabi
menyuruhku melepas semua baju
dan berhenti
bertanya ini itu
jam itu serupa ibu
yang pucat berkeringat
tetapi langkahnya selalu tegap
siap menegurku saban tergagap
jam itu menjelma pena
yang tintanya air samudra
ia menulis diriku di atas kertas putih
yang dapat kubaca kapan saja
jam itu serupa sebuah rumah
dengan tiang tiangnya
yang mudah goyah
oleh tiupan pelan sekalipun
jam itu bagai hantu
yang hidup di jantungku
kadang ia meradang:
“berhentilah menulis sajak tentangku!”
jam itu, jam itu
ia tumbuhkan apa apa di mataku
jam itu, jam itu
ia tunjukan jalan menuju kuburku
Wonosobo, Januari 2008
0 Response to "Sajak Jam"
Posting Komentar